Alquran adl
mukjizat Islam yg kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu
pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah saw.
utk
mengeluarkan manusia dari suasana gelap menuju terang serta membimbing mereka
ke jalan yg lurus. Rasulullah saw. menyampaikan Alquran kepada para sahabatnya
orang Arab asli. Sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan nalurinya. Bila
mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat mereka menanyakannya kepada
Rasulullah saw.
Pengertian
Pertumbuhan dan Perkembangannya Imam Bukhari Imam Muslim dan yg lainnya
meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. katanya Ketika ayat yg artinya ‘Orang-orang
yg beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dgn kezaliman’ diturunkan
banyak orang yg merasa resah. Mereka kemudian menanyakannya kepada Rasulullah
saw. Ya Rasulullah saw. siapakah di antara kita yg tidak berbuat kezaliman
terhadap dirinya? Nabi menjawab Kezaliman di sini bukan seperti yg kamu pahami.
Tidakkah kamu pernah mendengar apa yg telah dikatakan oleh seorang hamba Allah
yg saleh ‘Sesungguhnya kemusyrikan adl kezaliman yg besar’. . Jadi yg dimaksud
dgn kezaliman di sini adl kemusyrikan.
Disamping
itu Rasulullah saw. juga menafsirkan utk mereka beberapa ayat.
Dalam
riwayat Muslim dan yg lainnya dari Uqbah bin Amir berkata Aku pernah mendengar
Rasulullah saw. berkata di atas mimbar yg artinya ‘Dan siapkanlah utk
menghadapi mereka kekuatan yg kamu sanggupi.’ {Al-Anfal 60}. Ingatlah bahwa
kekuatan di sini adl memanah.
Para sahabat
sangat antusias utk menerima Alquran dari Rasulullah saw.
menghafal
dan memahaminya. Ini merupakan suatu kehormatan bagi mereka. Anas r.a. berkata
Seseorang di antara kami bila telah membaca surah Al-Baqarah dan Ali Imran
orang itu menjadi besar dalam pandangan kami. Begitu pula mereka selalu berusha
mengamalkan Alquran dan memahami hukum-hukumnya.
Diriwayatkan
dari Abu Abdurrahman as-Sulami yg mengatakan Mereka yg membacakan Alquran kepada
kami seperti Utsman bin Affan dan Abdullah bin Mas’ud serta yg lain
menceritakan bahwa bila mereka belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak
melanjutkannya sebelum mengamalkan ilmu dan amal yg ada di dalamnya. Mereka
berkata ‘Kami mempelajari Alquran berikut ilmu dan amalnya sekaligus’.
Rasulullah
saw. tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dirinya selain Alquran
krn beliau khawatir akan tercampur dgn yg lain.
Muslim
meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri Rasulullah saw. bersabda Janganlah kamu
menulis dari aku. Barang siapa menulis dari aku selain Alquran hendaklah
dihapus. Dan ceritakan apa yg dariku dan itu tiada halangan baginya. Dan barang
siapa yg sengaja berdusta atas namaku ia menempati tempatnya di api neraka.
Sekalipun
setelah itu Rasulullah saw. mengizinkan kepada sebagian sahabat utk menulis
hadis tetapi hal yg berhubungan dgn Alquran tetap didasarkan pada riwayat yg
melalui petunjuk di zaman Rasulullah saw. di masa kekhalifahan Abu Bakar dan
Umar ra.
Kemudian
datang masa kekhalifahan Utsman bin Affan r.a. dan keadaan menghendaki utk
menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf. Dan hal itu pun terlaksana. Mushaf
itu disebut Mushaf Imam . Salinan-salinan mushaf itu juga dikirimkan ke
beberapa provinsi.
Penulisan
mushaf tersebut disebut Ar-Rasmu al-Utsmani yaitu dinisbatkan kepada Utsman.
Dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu rasmil quran.
Kemudian
datang masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a. Dan atas perintahnya Abul
Aswad ad-Du’ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu cara pengucapan yg tepat dan
baku serta memberikan ketentuan-ketentuan harakat pada Alquran. Ini juga
dianggap sebagai permulaan i’rabil quran.
Para sahabat
senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna Alquran dan
penafsiran ayat-ayatnya yg berbeda-beda di antara mereka sesuai dgn
kemampuannya yg berbeda-beda dalam memahami dan krn adanya perbedaan lama
tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah saw.
Hal yg
demikian diteruskan oleh murid-murid mereka yaitu para tabi’in.
Di antara
para mufassir yg termasyhur dari kalangan sahabat adl empat orang khalifah
kemudian Ibnu Mas’ud Ibn Abbas Ubai bin Ka’ab Abdurrahman bin Auf Zaid bin
Tsabit Abu Musa al-Asyari dan Abdullah bin Zubair.
Banyak
riwayat mengenai tafsir yg diambil dari Abdullah bin Abbas dan Ubai bin Ka’ab.
Dan apa yg diriwayatkan dari mereka tidak berarti sudah merupakan tafsir
Alquran yg sempurna tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat dgn
penafsiran tentang apa yg masih samar dan penjelasan apa yg masih global.
Mengenai para tabi’in di antara mereka ada satu kelompok terkenal yg mengambil
ilmu ini dari para sahabat di samping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau
melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat.
Di antara
murid-murid Ibnu Abbas di Mekah yg terkenal ialah Sa’id bin Jubair Mujahid Ikrimah
bekas sahaya Ibnu Abbas Thawus bin Kisan al-Yamani dan Atha’ bin Abi Rabah.
Sementara di antara murid-murid Ubay bin Ka’ab yg terkenal di Madinah adl Zaid
bin Aslam Abul Aliyah dan Muhammad bin Ka’ab al-Qurazi. Di antara murid-murid
Abdullah bin Mas’ud di Irak yg terkenal adl al-Qamah bin Qais Masruq Al-Aswad
bin Yazid Amir Asy-Sya’bi Hasan al-Basri dan Qatadah bin Di’amah as-Sadusi.
Ibnu
Taimiyah berkata Adapun mengenai ilmu tafsir orang yg paling tahu adl penduduk
Mekah krn mereka sahabat Ibnu Abbas seperti Mujahid Atha’ bin Abi Rabah Ikrimah
maula Ibnu Abbas lainnya seperti Thawus Abusy-Sya’sa Said bin Jubair dan
lain-lainnya. Begitu pula penduduk Kufah dari sahabat Ibnu Mas’ud dan mereka
itu mempunyai kelebihan dalam ilmu tafsir di antaranya adl Zubair bin Aslam
Malik dan anaknya Abdurrahman serta Abdullah bin Wahb mereka berguru kepadanya.
Dan yg diriwayatkan dari mereka itu semua meliputi ilmu tafsir ilmu gharibil
quran ilmu makki wal madani dan ilmu nasikh dan mansukh. Tetapi semua ini
didasarkan pada riwayat dgn cara didiktekan.
Pada abad
ke-2 Hijriah tiba masa pembukuan yg yg dimulai dgn pembukuan hadis dgn segala
babnya yg bermacam-macam dan itu juga menyangkut hal yg berhubungan dgn tafsir.
Maka sebagian ulama membukukan tafsir Quran yg diriwayatkan dari Rasulullah
saw. dari para sahabat atau dari para tabi’in. Di antara mereka itu yg terkenal
adl Yazid bin Harun as-Sulami Syu’bah bin Hajjaj Waki’ bin Jarrah Sufyan bin
Uyainah dan Abdurrazaq bin Hammam . Mereka semua adl para ahli hadis; tafsir yg
mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka yg tertulis
tidak ada yg sampai ke tangan kita. Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh
segolongan ulama. Mereka menyusun tafsir Alquran yg lbh sempurna berdasarkan
susunan ayat. Dan yg paling terkenal di antara mereka adl Ibn Jarir at-Thabari
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar